Wednesday, August 3, 2022

Bagian-bagian Penting dari Tangga

 


Pernah lihat video Tiktok yang menampilkan hasil konstruksi gedung yang ngaco? Salah satu aspek yang paling sering missed itu adalah tangga. Benar sekali, tangga. Di gambar rencana, mungkin oke. Namun, apabila luput dari pengawasan petugas atau empunya rumah, hasilnya bisa absurd banget. Jadi yuk, supaya di lapangan tidak keliru, kita pelajari dulu bagian-bagian penting dari sebuah tangga.

 

Sebenarnya, masih ada kaitannya dengan tulisan ELEVASI saya yang kemarin.

Kehadiran tangga itu sangat perlu jika sudah ada perbedaan level yang cukup besar (>2500mm). Sebenarnya kalau sudah berada pada kisaran 500mm-2500mm masih bisa menggunakan tangga portable, tapi ya, apakah aman? Apakah sudah efisien? Kalau sudah diatas 2500mm, mungkin bisa dipertimbangkan untuk membuat tangga sekalian. Sebelum mempelajari bagian-bagian penting dari sebuah badan tangga, kita harus tentukan dulu jenis tangga yang akan kita pakai.

    Jenis-jenis tangga:

  1. Tangga lurus

  2. Tangga bentuk huruf L

  3. Tangga bentuk huruf J

  4. Tangga bentuk huruf U

  5. Tangga lengkung

  6. Tangga melingkar

     

Tangga itu memang cukup dengan adanya badan tangga namun akan lebih baik dan aman bila dilengkapi dengan pagar tangga.


A. BADAN TANGGA

Badan tangga yang dimaksud adalah bentuk fisik tangga yang sudah jadi. Badan tangga terdiri dari induk tangga, anak tangga, dan bordes(bila ada). Material badan tangga bisa dari beton bertulang, besi, baja, kayu. 

Kalau sebagai tangga utama dalam konstruksi bangunan sederhana (misal rumah tinggal, rumah toko), minimal lebar badan tangga adalah 900mm (90cm) karena memperhitungkan aktivitas mengangkat barang. Kalau sebagai tangga utama dalam konstruksi bangunan tinggi dan kompleks (misal gedung kantor, mal) minimal lebar badan tangga adalah 1200mm (120cm) karena memperhitungkan aktivitas dua orang berjalan bersamaan. 

Tadi sudah disebutkan bentuk badan tangga bisa beragam, dari lurus, huruf L, huruf J, huruf U, lengkung hingga melingkar. Kalau tangga utama bentuknya melingkar, biasanya saya bilang 'tangga horang kaya'.

 
 
1. Pondasi tangga sebagai tumpuan dasar

Supaya badan tangga tidak mengalami pergeseran dan anak-anak tangga tidak mengalami penurunan. Material pondasi bisa dari beton bertulang, pasangan batu kali, atau gabungan keduanya.

Balok anak (diperhitungkan sebagai anak tangga pertama) harus dipasang dibawah pangkal tangga sehingga permukaan lantai tidak menahan beban terpusat (dari badan tangga) yang besar. Cara kerjanya seperti telapak kaki dan tumit manusia, yang bekerja bersama-sama sebagai pondasi tubuh manusia.

 

2. Induk tangga sebagai tumpuan anak tangga

Induk tangga ini bagian yang sangat penting. Karena sejatinya induk tangga ini adalah badan dari tangga itu sendiri, jadi materialnya beton bertulang, besi, baja, kayu.

Kalau platnya dibuat terlalu tipis, tiap sudut anak tangga bisa patah dan menyebabkan kehancuran total pada tangga. Kalau tangga lipat secara fisik tidak memiliki induk tangga karena beban badan tangga ditopang oleh kaki tangga.

 

3. Anak tangga sebagai tumpuan telapak kaki 

Anak tangga dibentuk oleh 2 komponen : tread/going (antrade) dan riser (optrade). Materialnya harus disesuaikan dengan material induk tangga, jadi boleh sama material (kualitas yang sama) atau harus lebih ringan dari induk tangga.

Tread/going (antrade) dimaksudkan sebagai ukuran lebar anak tangga, yaitu ukuran 1 telapak kaki orang dewasa yaitu berkisar 22-33cm, sedangkan riser (optrade) dimaksudkan sebagai ukuran tinggi anak tangga berkisar 15-19cm. Tiap ujung anak tangga harus membentuk derajat yang sama dan tidak melenceng, dengan kisaran 25° - 45°.

Untuk rumah tinggal, biasanya 42°. Bila lebih dari 42°, sebaiknya antrade lebih dari 250mm (25cm) dan jarak kepala ke plafon (batas menuju ujung tangga) minimal 2000mm (2m).



4. Bordes sebagai tempat pijakan menuju anak tangga selanjutnya. 

Bordes adalah pelat datar yang berfungsi sebagai tempat pijakan menuju anak tangga selanjutnya. Ukurannya bisa mengikuti lebar anak tangga (mengikuti ketentuan minimal 900mm), kalaupun tangganya menempel ke dinding (selain bentuk tangga lurus), bordes minimal berukuran lebar 800mm.

Bentuk bordes yang sering dijumpai adalah bordes berbentuk persegi dan persegi panjang. Sering dijumpai area yang harusnya dibuatkan bordes tetap dijadikan sebagai anak tangga dengan berbentuk seperti segitiga sama kaki (bordes bentuk persegi dibagi diagonal) atau berbentuk seperti potongan pie/kipas. Hal ini biasanya dilakukan untuk mencapai ketinggian tangga. Beresiko sudah pasti, apalagi aktivitas mengangkat barang bisa jadi tidak leluasa. Namun daripada tidak tercapai ketinggian tangga, lebih ngaco lagi.

Untuk konstruksi bangunan seperti kantor, mal, lebar bordes juga bisa dibuat mengikuti lebar anak tangga atau kalau pun kondisi sama menempel ke dinding (selain tangga lurus), minimal berukuran lebar 1200mm.

Bordes juga difungsikan sebagai tempat beristirahat sejenak. Bordes diwajibkan ada di tiap 11 anak tangga (maksimal) atau di ketinggian 1500mm, dengan tujuan kalau pun ada insiden, orang yang terjatuh tak langsung ke lantai dasar tapi mendarat di area bordes dulu.



B. PAGAR TANGGA 

Pagar tangga yang dimaksud adalah bentuk fisik pagar tangga secara lengkap, yang terdiri dari shoerail, balustrade, handrail dan newel.

Untuk membedakannya dengan kata 'railing', saya mendefinisikan railing hanya rakitan dari susunan balustrade dan handrail saja.

 

5. Shoerail 

Shoerail adalah satu set balustrade (dan handrail) yang terletak di bagian bawah (diatas permukaan lantai) sebagai penopang railing. Shoerail ini seperti kepala. Bersama-sama dengan newel (dan half-newel, bila ada), susunan balustrade dan handrail menjadi lebih kokoh dan mantap digunakan.



6. Balustrade

Balustrade atau baluster, atau kalau di dalam bahasa Indonesia disebut dengan langkan, adalah tiang-tiang vertikal penyusun railing. Baluster memiliki panjang sekitar 90-100cm, disusun berjajar dengan pola yang teratur. Baluster dibangun diatas induk tangga (tiap anak tangga), di sisi kanan dan kiri dalam keadaan tertanam kuat ke induk tangga (tiap anak tangga).

Jarak tiap tiang baluster harus diperhitungkan untuk keamanan sehingga memperkecil kemungkinan seseorang terjatuh melalui celah tangga atau tersangkut di celah tangga. Butuh kewaspadaan lebih dari orang dewasa yang sehat fisik dan mental ketika menemani anak-anak yang bermain di area dekat tangga dan/atau ketika orang tua/orang sakit/lansia harus menggunakan tangga. Pernah lihat kan, kalau orang dewasa meleng dikit, kepala anak sudah 'nyangkut' di tangga?

Balustrade/baluster/langkan harus dibuat dengan material yang kokoh namun tidak membahayakan, misalnya beton, besi. Menurut saya, estetis hanya nilai lebih, sehingga saya tidak begitu sering menyarankan menggunakan material kayu dan kaca. Pengecualian untuk konstruksi bangunan tertentu  seperti mal atau hotel.

Untuk celah balustrade bisa ditutupi dengan material non-tranparant misal kaca mozaik. Biasanya untuk kebutuhan area privasi, misalnya balustrade balkon/teras depan. Kalau celah dari tangga outdoor mau ditutupi juga, ya terserah empunya rumah.


7. Handrail

Handrail adalah selusur yang berada diatas balustrade, yang befungsi sebagai pegangan tangga. Pengguna tangga jadi bisa lebih stabil apabila naik turun tangga. Materialnya mengikuti balustrade, yang penting tidak licin di tangan. Berhubung Covid-19 belum usai dan juga mencegah penyakit-penyakit lainnya yang bisa terbawa oleh telapak tangan, jangan lupa untuk sering cuci tangan dan membersihkan handrail dengan cairan pembersih khusus.



8. Newel

Newel adalah tiang vertikal yang memisahkan antar balustrade satu dengan balustrade lainnya. Jika shoerail adalah kepala, maka newel seperti sendi/joint dan ekor. Ada juga istilah 'half-newel' jika kondisinya menempel ke dinding. Bersama-sama dengan shoerail, susunan balustrade dan handrail menjadi lebih kokoh dan mantap digunakan.

Tuesday, August 2, 2022

Elevasi (2)

 


Yang mau baca bagian pertama disini.

Misal, kita rencanakan tinggi lantai 60cm dari permukaan jalan, maka level utama (0.00) rumah diukur 60cm lebih tinggi dari permukaan jalan. Level utama (level nol) biasanya adalah teras rumah, ruang tamu, atau ruang keluarga.

Level dari ruangan-ruangan lainnya bisa kita tentukan sendiri. Tanda minus (-) berarti dibuat lebih rendah dari level utama, sedangkan tanda tambah (+) berarti dibuat lebih tinggi dari level utama.

Misal, kamar tidur. Bisa dibuat sama dengan level utama atau ditambahkan 5cm (+0.05).

Ruangan dapur dan ruang makan bisa dibuat sama dengan level utama atau dikurangkan 2-5cm (-0.02 s/d -0.05).

Khusus beranda kamar, kamar mandi, atau area lain yang ada kemungkinan terkena air secara langsung, sebaiknya memang dibuat lebih rendah dari level utama supaya area tersebut tidak ditemukan genangan air (air mengalir ke saluran pembuangan air). Rencana bisa dibuat 2-5 cm (-0.02 s/d -0.05).

  1. Jika perbedaan level kurang dari 500mm, pertimbangkan penggunaan tangga yang bisa dibuat dari pasangan batu bata atau beli tangga portable saja.

    • Kalau memang akan ada banyak aktivitas naik turun yang cukup berat dan rutin melalui tangga ini, maka sangat disarankan dibuat dari pasangan batu bata.
    • Kalau hanya sekadar aktivitas naik turun tangga biasa yang dilewati perorangan, ya beli tangga portable. Karena memang diperuntukkan sebagai tangga utama, sebaiknya cari yang ukuran lebar tangganya lebih 900mm. Tetap pada asumsi ada aktivitas naik turun yang berat melalui tangga ini.

  2. Jika perbedaan level diantara 500mm-2500mm, bisa beli tangga portable atau sekalian buat tangga dengan tulang kolom. Kalau mau terlihat tetap estetis dan tangga tidak mengambil banyak tempat, ada pilihan menarik dengan menggunakan tangga lipat dinding. Tapi ya kembali lagi, soal dana dan keamanan juga, mendingan buat tangga dengan tulang kolom sekalian. Pasti lebih lebih aman sebagai tangga utama. 

  3. Jika perbedaan sudah lebih dari 2500mm, memang harus menggunakan tangga dengan tulang kolom supaya aman.  


Kembali ke persoalan elevasi lantai 2.
Untuk menentukan elevasi lantai 2, harus diketahui terlebih dulu ketinggian plafon dari bangunan rumah, jadi bisa didapat ketinggian plafon lantai 1 yang ideal.
Sebagai tambahan, tinggi plafon bangunan rumah tinggal (1 lantai) di Indonesia biasanya 2500mm - 3200mm, tapi ya semua tergantung rencana si pemilik rumah. Bahkan ada yang membuat tinggi plafon rumahnya lebih dari 7000 mm.

Setelah mengetahui ketinggian plafon lantai 1 ditambah dengan rencana tebal plat lantai (anggap 120mm), maka baru dapat ditentukan elevasi lantai 2. Kemudian, rencanakan desain tangga dengan teliti supaya bisa ditentukan level lantai 2. Perhitungkan jumlah anak tangga supaya bisa sampai ke lantai 2, perhitungkan ukuran optrade (tinggi anak tangga) dan antrade (pijakan kaki anak tangga), karena jika salah dalam perhitungan dan pengerjaan di lapangan, ya tentunya harus bongkar ulang.
Jika akan membangun lantai lebih dari 1, yang penting desain tangganya harus mencapai ketinggian lantai berikutnya.

Tapi jika drafter sudah mengerjakan kemauan desain dan perhitungan yang sudah diperiksa dan disahkan oleh tim teknis (dan/atau si pemilik rumah tinggal), berarti tukang atau kontraktor tidak perlu lagi mengira ketinggian plafon lantai 1 dan lantai 2 karena sudah diketahui. Berarti pengawas lapangan (dan/atau si pemilik rumah tinggal) cukup mengawasi progress fisik di lapangan.


Monday, August 1, 2022

Elevasi

 

Elevasi adalah posisi vertikal suatu objek dari suatu titik tertentu, karena ini berkaitan dengan ilmu konstruksi, maka dapat disimpulkan bahwa elevasi adalah PERBEDAAN KETINGGIAN SUATU LAHAN/AREA TERHADAP OBJEK ACUAN.

Sekarang untuk memperoleh data elevasi sudah jauh lebih mudah, dari yang sederhana seperti waterpass, yang portable seperti theodolite, hingga teknologi perangkat lunak seperti GPS Map, Google Earth, Global Mapper, dsb. Bahkan di perangkat seluler sekarang bisa install aplikasi-aplikasi yang menyediakan fungsi kompas, waterpass, klinometer, altimeter, dll.
Biasanya menjadi acuan adalah permukaan laut atau dengan permukaan geoid WGS-84 (World Geodetic System 1984). WGS itu ada yang WGS-60, WGS-66, WGS-72, setahu saya, Indonesia masih memakai WGS-84, cmiiw.

Pada ilmu teknik konstruksi bangunan seperti rumah tinggal, objek acuan yang digunakan adalah permukaan jalan. Jadi sebelum membangun rumah tinggal, harus diketahui dulu level utama (level nol) bangunan terhadap jalan. Level utama (level nol) biasanya adalah teras rumah, ruang tamu, atau ruang keluarga. Ketinggian lantai rumah bisa lebih rendah dan bisa lebih tinggi dari permukaan jalan, tergantung perencanaan awal. Tapi kalau saya sendiri menyarankan untuk membuat lantai rumah lebih tinggi dari permukaan jalan karena memperhitungkan apabila ada kondisi saluran drainase depan rumah tidak berfungsi dengan baik dan jaringan perpipaan limbah rumah tangga. Karena bila drainase yang tidak berfungsi baik, lama kelamaan juga akan mempengaruhi kualitas jalan.

Berikut adalah poin-poin yang bisa saya bagikan terkait elevasi perencanaan lantai rumah (lantai 1).

  • Kalau jalan di depan kavling rencana merupakan jalan dengan lalu lintas rendah, ketinggian lantai rumah terhadap jalan bisa direncanakan cukup 5-10cm.
  • Kalau jalan di depan kavling rencana merupakan jalan dengan lalu lintas sedang, ketinggian lantai rumah terhadap jalan bisa direncanakan 10-20cm.
  • Kalau jalan di depan kavling rencana merupakan jalan dengan lalu lintas tinggi ditambah sering dilewati kendaraan bermuatan cukup berat setiap harinya, ketinggian lantai rumah terhadap jalan bisa direncanakan 20-40cm.
  • Kalau kavling rencana tidak seimbang, harus diperhatikan kembali ketinggian urugan tanahnya jadi lantai rumah seimbang dan tetap harus lebih tinggi dari permukaan jalan. Ketinggian bisa direncanakan 100 cm. Bahkan saya pernah menemukan ketinggian lantai konstruksi yang dibuat 150cm - 200cm dari permukaan jalan karena bisa jadi kondisi lingkungan rawan gusur.


Saya yakin tidak ada orang yang mau membangun gedung di kawasan rawan banjir, jadi ya sebaiknya pikir-pikir dulu sebelum membeli tanah.

Namun, ketika sudah mengetahui resiko dan masih berniat membangun rumah tinggal, ketinggian lantai bisa direncanakan untuk dinaikkan setinggi 60cm-100cm dari permukaan jalan. Kalau mau lebih tinggi lagi, ya silakan saja. Drainase juga harus dibuat lebih dalam dan/atau lebih lebar.

Minusnya, bila lantai ditinggikan dari permukaan jalan, ya lebih capek, lebih pake effort kalau melangkah.
Kok capek?

Ketinggian langkah kaki orang dewasa (dalam kategori nyaman, jika dilakukan berulang), maksimal ya 19cm lah. Ingat kembali, formula perancangan struktur tangga, untuk tinggi anak tangga dalam range 15-19cm saja. Kurang dari 15cm, terasa janggal. Lebih dari 19cm, terasa pegal.

Tapi mau dibuat senyaman apapun itu, berjalan melewati tanjakan itu butuh effort melangkah yang lebih besar sedangkan melewatinya sebagai turunan jadinya menuntut manusia lebih berhati-hati dalam melangkah dibandingkan sekedar berjalan di permukaan biasa (elevasi 0-5cm saja). Jadi ya, semua ada pertimbangannya.

Tapi intinya, ya kalau mau beli tanah, sebaiknya dipikirkan terlebih dulu, apakah area tersebut rawan banjir dan bagaimana pengelolaan sampah di area tersebut.

Bagian kedua disini Elevasi (2)

Could not Determine SDK root

  Seperti yang kita ketahui untuk membuat aplikasi Android, sangat direkomendasikan menggunkan Android Studio . Namun, ada beberapa kendala ...