Thursday, July 28, 2022

Proteksi Blogspot dengan DMCA dan Konfigurasi Atribut

 


Proteksi terhadap isi konten blog itu penting sekali, dan salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan membuat konfigurasi pada atribut. Bila perlu tambahkan proteksi digital dari DMCA.


Sebagai penulis pemula dan masih amatir, saya sangat menghargai semua hasil tulisan saya. Karena kalau bukan diri sendiri, siapa lagi yang bisa memberikan semangat berbagi informasi teknik kepada diri ini? Jadi, salah satunya adalah membuat hak cipta terhadap isi konten pada blog ini.

Sebenarnya, memang benar kita bisa membuat script sendiri untuk proteksi terhadap isi blog/situs pribadi kita, namun kalau sudah ada teknologi yang mempermudah, ya mengapa tidak digunakan? Saya yakin beberapa blog lain diluar sana juga menggunakan teknologi yang sama, yaitu menggunakan servis dari DMCA.

DMCA merupakan singkatan dari Digital Millennium Copyright Act, sebuah aturan hukum yang mengatur hak cipta atas konten digital. Dunia nyata saja rawan akan pencurian, ya sama saja dengan dunia internet. Untungnya, DMCA juga menyediakan jasa secara gratis (sejauh ini masih gratis) untuk blogspot.

Yang belum punya akun DMCA, pastilah harus mendaftar (sign up) dulu.

Kalau sudah punya akun DMCA, tinggal masuk (login) saja.

Memang proteksi yang ditawarkan dengan free charge sungguh sangat terbatas dibandingkan yang paid charge. Pengguna yang masih non-verified dengan kata lain menggunakan free charge (Basic Protection) memang tetap bisa menikmati fitur tracking untuk setiap halaman konten, tapi kalau yang sudah verified dengan kata lain menggunakan paid charge tentulah mendapatkan proteksi dengan cakupan yang luas lagi dari DMCA. 

Didalam laman Badges, pengguna bisa menemukan pilihan pilihan badges yang bisa dipakai. Jumlah badges yang bisa dipakai dan usia proteksi tiap badges akan berbeda tergantung kamu berlangganan di DMCA secara free charge atau paid charge.

Pengguna cukup melakukan copy-paste script dari badge yang sudah dipilih ke akun blog/situs pribadi kita sebagai bentuk kita siap menggunakan jasa DMCA dalam memproteksi isi konten blog/situs pribadi kita.

Kalau tidak mau ribet, disediakan pula tombol 'ADD TO BLOGGER", nanti secara otomatis diletakkan oleh DMCA di sidebar sebelah kanan. Kalau mau cek secara langsung dimana lokasi script HTML itu tadi, silakan periksa di tab TATA LETAK. Kalau mau dipindahkan posisinya, ya silakan saja.

Gambar1

 

Gambar 2

 

Gambar 3


Kemudian di bagian footer, kita bisa tambahkan pernyataan copyright dengan melakukan EDIT pada konfigurasi atribut. Isi pernyataan apa saja bisa apa saja, yang penting singkat, jelas, padat karena hanya terbatas 200 karakter saja. Yang terpenting memiliki kata kunci berupa kata copyright atau logo copyright (©) , nama blog , tahun rilis blog.  Konfigurasi ini memang bersifat opsional dan tidak memiliki status hukum yang kuat seperti DMCA, tapi untuk blog pemula, ya minimal hal ini bisa kita tampilkan dalam blog kita.


Gambar 4

 
Gambar 5


Wednesday, July 27, 2022

Pengaturan GIT Standar (2)

 

 

Baca sebelumnya di Pengaturan GIT Standar (1)

 

RAM di Komputer Saya Tidak Terdeteksi, Kok Bisa?? (5 - END)

 


Cek cerita sebelumnya di bagian keempat.

Ketika restart malah bluescreen dengan pemberitahuan kode kesalahan 74, kalau tidak salah ingat. Alias gagal booting. Saya coba mengakses dengan bantuan SAFE MODE, baru bisa booting.

Dalam kondisi Safe Mode, semua data aman, tidak ada kerusakan pada partisi utama juga partisi yang lain. Saya sangka, "Oh yasudahlah, mungkin yang usable hanya 3.45 GB saja..", namun ternyata, RAM yang terdeteksi malah hanya 258 MB saja. Tidak mungkin karena perpindahan RAM crossing slots itu tidak masalah, kalau memang yakin tidak ada kerusakan pada RAM ataupun pada slot RAMnya. Sampai sini, saya membuat tiga pernyataan:

  1. Bukan RAM yang menjadi sumber masalah
  2. Bukan motherboard yang menjadi masalah.
  3. Windows 7 tidak bisa dikenakan maximum memory.

Maaf sekali tidak ada gambar untuk membuktikan RAM notebook yang tertinggal 258MB itu karena kadung lupa.

Sepengetahuan saya, maksimum memori untuk Windows 7 itu memang hanya 4 GB, itupun yang usable paling hanya 3.4 GB sekian untuk sistem. Namun, saya sangat yakin itu hanya berlaku untuk laptop/notebook dengan sistem operasi Windows x86 (32 bit) saja. Berhubung notebook saya menggunakan sistem operasi Windows x64 (64 bit), berarti ya harusnya bisa dikenakan maximum memory. Artikel-artikel komputer yang saya baca juga menyatakan demikian.

Untuk meyakinkan diri, saya membuat install Windows 7 juga di notebook saya yang lain. Kebetulan, sama-sama menggunakan sistem operasi 64 bit. Dan benar saja, dari RAM 6GB, jumlah RAM yang usable di notebook kedua ini sekitar 5.8GB.

Berarti pernyataan ketiga bisa direvisi menjadi Windows 7 bisa dikenakan maximum memory.

Yang tertinggal dalam benak saya hanya satu:

"Bisa jadi environment Windows 7 di perangkat notebook ini yang tidak bisa dikenakan maximum memory. Karena yang berhasil upgrade RAM di notebook merk ini sudah banyak, namun tidak ada diantara mereka yang kembali pada Windows 7 dan varian dibawahnya..."

Jadi kesimpulannya, RAM di komputer saya tidak terdeteksi karena environment Windows 7 di mesin ASUS model X550Z tidak kompatibel bila diberikan maximum memory (12GB), dengan kata lain, hanya bisa membaca RAM bawaan dia saja yaitu sebesar 4GB. Kalau dipaksa, menghasilkan gagal booting.

Di satu sisi, saya mulai berpikir untuk mencoba dengan varian Windows 8.1. Dengan harapan, RAM 12GB ini memang bisa terdeteksi (usable) secara maksimal. Kalau misalnya pas dicek, kejadiannya masih sama, berarti ya notebook ini mentoknya cuma di RAM bawaan dia saja, yaitu 4GB.

Namun, sepertinya nanti dulu. Aktivitas install-installan ulang itu malesin banget. Haha.

RAM di Komputer Saya Tidak Terdeteksi, Kok Bisa?? (4)

 


Cerita sebelumnya di bagian ketiga.

Jadi, siapa yang pantas bersanding dengan notebook jadul saya ini?

Tuntutan cache updates dari Windows 10 membuat notebook saya ini overheating dan saya sebagai pemilik akhirnya angkat tangan. Tapi wajar sih, notebook ini sudah masuk usianya yang ke 7 (tujuh) tahun. Bahkan sudah terhitung 8 (delapan) tahun bila menghitung dari usia motherboard-nya sejak dirilis ke publik oleh perusahaan American Megatrend Inc.

Akhirnya, sekitar dua minggu lalu, terkumpullah niat untuk 'bersih-bersih total'. Saya rasa Windows 10 memang tidak bisa dipertahankan lebih lama. Caches, too many.

Langkah-langkah yang saya lakukan:

  1. Bongkar badan notebook.
  2. Bersihkan semua area, terutama kipas yang terpenting. Untuk area tampak, saya menggunakan brush pemerah pipi yang rambutnya tebal dan halus karean sapuannya lebih bersih. Untuk area tersembunyi dan termasuk baling kipas, saya pakai brush sapu sambil ditiup secara manual dengan mulut (karena saya lupa dimana terakhir saya menyimpan hand pump yang biasa digunakan untuk membersihkan komponen internal komputer)
  3. Tutup kembali badan notebook.
  4. Saya install ulang notebook dengan Windows 7 dengan USB Bootable Windows 7 yang sudah saya buat sebelumnya dengan aplikasi Rufus. Berbicara tentang USB Bootable, saya juga punya kisah yang ingin saya bagikan terkait dengan Rufus.

Sebelum melakukan install ulang notebook, saya sudah menyisihkan beberapa ruang kosong di HD Ext. dan di notebook Lenovo ThinkPad saya. Saya juga sudah membuat Mengamankan gambar-gambar AutoCAD jauh lebih penting dari aplikasi-aplikasi permainan. Setelah saya rasa aman, semua data sudah dipindahkan sekaligus sudah menyiapkan hati untuk ikut 'membersihkan' semua aplikasi permainan yang ada.

Akhirnya, selesailah notebook ASUS X550Z saya ini sudah terpasang kembali dengan sistem operasi Windows 7. Saya berikan pengaturan-pengaturan yang memang saya butuhkan ketika saya bekerja dengan Windows 7 dan tidak lupa, install aplikasi-aplikasi yang diperlukan.

  • 7zip
  • Firefox Developer
  • Foxit Reader
  • Notepad ++
  • Git
  • JDK + JRE
  • dll.

Saya memutuskan untuk tidak lagi menggunakan Visual Studio Code, Android Studio, virtual machines, dan Genymotion. They were doing great at first, tapi cache dari update-an Windows 10, cache Visual Studio Code dan cache Android Studio sudah cukup membuat notebook saya sesak. Belum lagi, alokasi RAM yang dipakai oleh Android Studio itu besar juga. Kombinasi 12 GB dan SSD 500GB lama-lama tidak sanggup menopang aktivitas dari perangkat-perangkat lunak tersebut, apalagi perangkat yang saya pakai hanyalah sebuah notebook

"Kalau mau laptop/notebook yang mampu menjawab semua tuntutan teknologi terbaru, harus siap buka dompet dan beli laptop/notebook yang spesifikasinya lebih mantap. Laptop/notebook memang tidak bisa "disiksa" sebebas PC. Membongkar badan laptop/notebook kemudian kehilangan lebih dari 3 mur saja buat pusing kepala, beda dengan PC rakitan. Tren badan PC rakitan sekarang tidak ditutup, ya mungkin biar lebih mudah kalau mau dioprek."

Bukan hanya lebih ribet, area pun terbatas karena badan laptop/notebook memang lebih kecil karena memang diperuntukkan portable (bisa dibawa kemana-mana) alias komputer jinjing. Kemudian, setiap produk laptop/notebook punya keterbatasannya masing-masing. Bertambahnya tahun, bertambah maju teknologi, komponen upgrading yang kompatibel untuk laptop/notebook jadul juga terbatas.

Yang mungkin mantap spek pada masanya, 5-10 tahun sudah lamban bergerak.

Punya SSD 2.5 inch dulu sudah oke banget, sekarang ya mainannya SSD NVMe (Non-Volatile Memory Express).

Punya RAM 2 GB keren pada masanya, kalau sekedar Ms. Office ya mungkin masih bisa 'narik' di jaman sekarang, kalau yang suka gaming? Perusahaan pembuat games berlomba-lomba membuat games yang menarik dan menantang, high-graphic, tentu perusahaan laptop/notebook pun jadi berlomba-lomba jualan spek.

Punya DDR2 dulu dianggap cukup, ya beberapa orang kadang tidak terlalu peduli dengan tipe DDR (Double Data Rate) yang dimiliki laptop/notebook mereka, tapi ya memang tergantung kebutuhan. DDR3 muncul, dan ada generasinya yang lebih baik, DDR3L. Dan yang tercepat saat ini, DDR5. DDR5 ini diluncurkan tahun 2020 ini memiliki kemampuan memory clock bisa diatas 4000 MHz dengan tegangan sebesar 1.10 voltase saja. Keren bukan? Keren tapi notebook saya tidak bisa ditingkatkan dengan mesin semacam itu, jadi ya, saya tidak ingin mengaguminya lebih jauh.

Jadi, kembali ke notebook.

Setelah saya melepaskan semua itu dan hanya memasang aplikasi-aplikasi yang saya butuhkan saja, wow, notebook saya sudah tidak berulah lagi.

Tidak overheating.

Tidak ada lagi drama sudden shutdown. 

Bahkan ketika melakukan tethering untuk mengambil koneksi hotspot dari perangkat selular, saya sudah tidak was-was.

Everything is damn fine. Sampai kejadian kemarin, pas saya iseng-iseng membuka informasi dasar komputer ini melalui tab Control Panel.

 


Wait a minute? 3.45 GB usable? Dari 12.0GB RAM yang terpasang, hanya 3.45 GB yang terpakai? Kok bisa? Kok begini?

Saya cek ulang melalui tab System Information. Menu Start Up (logo Windows) --> Run --> msinfo32.

Gambar 1

 

Gambar 2


Hal ini bisa diakali dengan membuat konfigurasi ulang di tab System Configuration. Menu Start Up (logo Windows) --> Run --> msconfig.

 

Gambar 3

 

Tujuan kita adalah untuk mengaktifkan salah satu fitur yang tersedia di Boot Advanced sehingga motherboard mampu mengenali total memori yang terpasang dan bisa dipakai di notebook ini. Tab System Configuration --> tab Boot --> ADVANCED OPTIONS.

Gambar 4


Gambar 5


Gambar 6


Dari sinilah semua kegundahan saya muncul. Saya ceritakan di bagian kelima.

Could not Determine SDK root

  Seperti yang kita ketahui untuk membuat aplikasi Android, sangat direkomendasikan menggunkan Android Studio . Namun, ada beberapa kendala ...