Tuesday, July 26, 2022

RAM di Komputer Saya Tidak Terdeteksi, Kok Bisa?? (2)

 



Kronologi cerita awalnya ada di bagian pertama

 

Ternyata oh ternyata, permasalahan bukan pada RAM saja. Jadi, saya putuskan untuk membuang beberapa aplikasi permainan yang sifatnya high-graphic. Tadi sudah saya sampaikan bahwa saya adalah die-hard fangirl dari produk-produk permainan Big Fish, dan salah satu produknya yang sangat tidak mungkin saya uninstall adalah permainan Mystery Case File. Namun apa boleh buat, dengan berat hati saya harus uninstall karena jelas, tentu saya harus lebih memilih perangkat-perangkat lunak yang menunjang pekerjaan saya ketimbang aplikasi-aplikasi permainan. Performa notebook jadi sedikit membaik, tapi ya sudahlah daripada tidak sama sekali. Toh, saya memang masih membutuhkan Adobe PhotoShop dan Illustrator dalam bekerja kala itu.

Sekitar tahun 2018, saya jadi lebih banyak berfokus dengan produk-produk Autodesk.

Alasan pertama, karena saya mengambil kuliah jurusan Teknik Sipil.

Alasan kedua, saya ingin terus beradaptasi menggunakan software ini karena saya merasa terlalu ketinggalan. Iya, ketinggalan jauh dari rekan-rekan kampus saya yang memang pada dasarnya mereka sudah terjun di bidang teknik sipil namun mengambil studi Teknik Sipil untuk pembuktian formal berupa ijazah.

Saya merasa notebook ini harus semakin ditingkatkan speknya supaya tidak menganggu perkuliahan dan kerja saya. Saya pergi ke area pusat komputer terdekat di daerah domisili saya waktu itu dengan agenda mau ganti hard disk. Sebelumnya saya sempat baca-baca di beberapa artikel komputer, selain upgrade RAM, performa laptop/notebook juga bisa ditingkatkan dengan mengganti HDD (Hard Disk Drive) ke SSD (Solid State Drive). Dan beruntungnya, notebook ASUS X550Z ini bisa ditingkatkan ke SSD walaupun hanya bisa yang tipe 2.5 inch saja. Informasi itu saja sudah membuat saya lega.

 

"Okay ga masalah, yang penting performa notebook ini masih bisa ditingkatkan lagi.."

 

Namun ada hal yang harus dikorbankan yaitu DVD Player. Slot yang tadinya tempat HDD yang akan digantikan oleh SSD, maka HDD harus punya tempat baru. Nah, slot DVD Player itulah yang menjadi tempat baru HDD.

Sebenarnya, jika HDD ini tidak diberikan slot baru didalam badan notebook, berarti HDD ini saya berikan 'badan baru' secara terpisah. Ya, berarti dijadikan Hardisk External. Tapi saya tidak ingin mengambil opsi ini karena ya daripada jadi memori eksternal, lebih baik tetap jadi memori internal seperti dulu. Logikanya, SSD dijadikan sebagai drive untuk booting dan sistem secara keseluruhan, sedangkan HDD dijadikan sebagai tempat menyimpan berkas-berkas kuliah dan data-data lain. Toh, saya juga jarang pakai DVD Player.

Akhirnya, saya memutuskan untuk mengorbankan DVD Player saja. Badan DVD Player dibuang, HDD Caddy siap dipasangkan ke slot yang kosong itu. Kalau tidak salah sih, harganya sekitar 25K-50K, tapi ya diskusikan saja dengan si pemilik toko mana yang murah meriah tapi memang itu kompatibel sama jenis laptop/notebook kita.

Kisah kemudian berlanjut dengan reinstall OS. Tadinya, saya mau pulang mengerjakan install sendiri saja. Saking senangnya, mimpi saya sudah kemana-mana waktu itu. "Gilaaaaaaa, ini mah dual booting Windows 7 ama Linux Mint, ketarik ini mah....", pikir saya. Tapi berhubung mas-mas karyawan toko menawarkan service FREE INSTALL OS seperti itu, yaudahlah, why not? Gratis ini...

Saya lupa menyampaikan bahwa saya ini penggemar garis keras Windows 7. Komitmen saya untuk stay loyal pada Windows 7 itu sangat kuat, sampai akhirnya kejadian RAM tidak terdeteksi ini membuat saya jadi bimbang terhadap Windows 7. Kalau dipikir-pikir, tidak salah Windows 7 juga sih, hanya perbedaan environment yang membuat saya jadi bimbang.

 

Karyawan    : Mbak, ini kita kasih installan gratis. Tadi mbaknya bilang, mau langsung lanjut kerja kan?

Saya        : Iya Mas, saya pakai Windows 7, Mas..

Karyawan    : Aduh apa ga sayang mbak? Sudah pakai SSD 500GB gini. Saya installin Win 10 aja ya, ini yang terbaru mbak..

Saya        : Oh yaudah Mas, gapapa itu juga ga masalah. Tapi bisa cepat kan Mas, soalnya saya mau balik ke kantor..


Oke, pokoknya ada sekitar 2 jam lebih, notebook saya ini akhirnya selesai. Saya kembali ke kantor, kerja, seperti biasa. Karena saya sudah terlalu PD dengan spek notebook saya ini, selain produk-produk AutoCAD dan softwares standar lainnya, saya juga install Android Studio, Visual Studio Code, virtual machine dan berikut Genymotion Emulator. Juga permainan-permainan high-graphic.

Brutal? Ah tidak juga.

Namun, yang membuat AutoCAD jadi lemot banget rendering adalah Android Studio, Visual Studio Code, Genymotion dan.....kebutuhan update Windows 10. Pembaharuan Windows 10 ini sungguh-sunguh menyebalkan. Rutin, cached-nya banyak. Hampir tidak bisa dihindari karena memang langsung berdampak ke performa notebook.

Worst part? I will tell you in the next part.

No comments:

Post a Comment

Could not Determine SDK root

  Seperti yang kita ketahui untuk membuat aplikasi Android, sangat direkomendasikan menggunkan Android Studio . Namun, ada beberapa kendala ...