Wednesday, July 27, 2022

RAM di Komputer Saya Tidak Terdeteksi, Kok Bisa?? (4)

 


Cerita sebelumnya di bagian ketiga.

Jadi, siapa yang pantas bersanding dengan notebook jadul saya ini?

Tuntutan cache updates dari Windows 10 membuat notebook saya ini overheating dan saya sebagai pemilik akhirnya angkat tangan. Tapi wajar sih, notebook ini sudah masuk usianya yang ke 7 (tujuh) tahun. Bahkan sudah terhitung 8 (delapan) tahun bila menghitung dari usia motherboard-nya sejak dirilis ke publik oleh perusahaan American Megatrend Inc.

Akhirnya, sekitar dua minggu lalu, terkumpullah niat untuk 'bersih-bersih total'. Saya rasa Windows 10 memang tidak bisa dipertahankan lebih lama. Caches, too many.

Langkah-langkah yang saya lakukan:

  1. Bongkar badan notebook.
  2. Bersihkan semua area, terutama kipas yang terpenting. Untuk area tampak, saya menggunakan brush pemerah pipi yang rambutnya tebal dan halus karean sapuannya lebih bersih. Untuk area tersembunyi dan termasuk baling kipas, saya pakai brush sapu sambil ditiup secara manual dengan mulut (karena saya lupa dimana terakhir saya menyimpan hand pump yang biasa digunakan untuk membersihkan komponen internal komputer)
  3. Tutup kembali badan notebook.
  4. Saya install ulang notebook dengan Windows 7 dengan USB Bootable Windows 7 yang sudah saya buat sebelumnya dengan aplikasi Rufus. Berbicara tentang USB Bootable, saya juga punya kisah yang ingin saya bagikan terkait dengan Rufus.

Sebelum melakukan install ulang notebook, saya sudah menyisihkan beberapa ruang kosong di HD Ext. dan di notebook Lenovo ThinkPad saya. Saya juga sudah membuat Mengamankan gambar-gambar AutoCAD jauh lebih penting dari aplikasi-aplikasi permainan. Setelah saya rasa aman, semua data sudah dipindahkan sekaligus sudah menyiapkan hati untuk ikut 'membersihkan' semua aplikasi permainan yang ada.

Akhirnya, selesailah notebook ASUS X550Z saya ini sudah terpasang kembali dengan sistem operasi Windows 7. Saya berikan pengaturan-pengaturan yang memang saya butuhkan ketika saya bekerja dengan Windows 7 dan tidak lupa, install aplikasi-aplikasi yang diperlukan.

  • 7zip
  • Firefox Developer
  • Foxit Reader
  • Notepad ++
  • Git
  • JDK + JRE
  • dll.

Saya memutuskan untuk tidak lagi menggunakan Visual Studio Code, Android Studio, virtual machines, dan Genymotion. They were doing great at first, tapi cache dari update-an Windows 10, cache Visual Studio Code dan cache Android Studio sudah cukup membuat notebook saya sesak. Belum lagi, alokasi RAM yang dipakai oleh Android Studio itu besar juga. Kombinasi 12 GB dan SSD 500GB lama-lama tidak sanggup menopang aktivitas dari perangkat-perangkat lunak tersebut, apalagi perangkat yang saya pakai hanyalah sebuah notebook

"Kalau mau laptop/notebook yang mampu menjawab semua tuntutan teknologi terbaru, harus siap buka dompet dan beli laptop/notebook yang spesifikasinya lebih mantap. Laptop/notebook memang tidak bisa "disiksa" sebebas PC. Membongkar badan laptop/notebook kemudian kehilangan lebih dari 3 mur saja buat pusing kepala, beda dengan PC rakitan. Tren badan PC rakitan sekarang tidak ditutup, ya mungkin biar lebih mudah kalau mau dioprek."

Bukan hanya lebih ribet, area pun terbatas karena badan laptop/notebook memang lebih kecil karena memang diperuntukkan portable (bisa dibawa kemana-mana) alias komputer jinjing. Kemudian, setiap produk laptop/notebook punya keterbatasannya masing-masing. Bertambahnya tahun, bertambah maju teknologi, komponen upgrading yang kompatibel untuk laptop/notebook jadul juga terbatas.

Yang mungkin mantap spek pada masanya, 5-10 tahun sudah lamban bergerak.

Punya SSD 2.5 inch dulu sudah oke banget, sekarang ya mainannya SSD NVMe (Non-Volatile Memory Express).

Punya RAM 2 GB keren pada masanya, kalau sekedar Ms. Office ya mungkin masih bisa 'narik' di jaman sekarang, kalau yang suka gaming? Perusahaan pembuat games berlomba-lomba membuat games yang menarik dan menantang, high-graphic, tentu perusahaan laptop/notebook pun jadi berlomba-lomba jualan spek.

Punya DDR2 dulu dianggap cukup, ya beberapa orang kadang tidak terlalu peduli dengan tipe DDR (Double Data Rate) yang dimiliki laptop/notebook mereka, tapi ya memang tergantung kebutuhan. DDR3 muncul, dan ada generasinya yang lebih baik, DDR3L. Dan yang tercepat saat ini, DDR5. DDR5 ini diluncurkan tahun 2020 ini memiliki kemampuan memory clock bisa diatas 4000 MHz dengan tegangan sebesar 1.10 voltase saja. Keren bukan? Keren tapi notebook saya tidak bisa ditingkatkan dengan mesin semacam itu, jadi ya, saya tidak ingin mengaguminya lebih jauh.

Jadi, kembali ke notebook.

Setelah saya melepaskan semua itu dan hanya memasang aplikasi-aplikasi yang saya butuhkan saja, wow, notebook saya sudah tidak berulah lagi.

Tidak overheating.

Tidak ada lagi drama sudden shutdown. 

Bahkan ketika melakukan tethering untuk mengambil koneksi hotspot dari perangkat selular, saya sudah tidak was-was.

Everything is damn fine. Sampai kejadian kemarin, pas saya iseng-iseng membuka informasi dasar komputer ini melalui tab Control Panel.

 


Wait a minute? 3.45 GB usable? Dari 12.0GB RAM yang terpasang, hanya 3.45 GB yang terpakai? Kok bisa? Kok begini?

Saya cek ulang melalui tab System Information. Menu Start Up (logo Windows) --> Run --> msinfo32.

Gambar 1

 

Gambar 2


Hal ini bisa diakali dengan membuat konfigurasi ulang di tab System Configuration. Menu Start Up (logo Windows) --> Run --> msconfig.

 

Gambar 3

 

Tujuan kita adalah untuk mengaktifkan salah satu fitur yang tersedia di Boot Advanced sehingga motherboard mampu mengenali total memori yang terpasang dan bisa dipakai di notebook ini. Tab System Configuration --> tab Boot --> ADVANCED OPTIONS.

Gambar 4


Gambar 5


Gambar 6


Dari sinilah semua kegundahan saya muncul. Saya ceritakan di bagian kelima.

No comments:

Post a Comment

Could not Determine SDK root

  Seperti yang kita ketahui untuk membuat aplikasi Android, sangat direkomendasikan menggunkan Android Studio . Namun, ada beberapa kendala ...