Tuesday, July 26, 2022

RAM di Komputer Saya Tidak Terdeteksi, Kok Bisa?? (3)

 



Cerita sebelumnya ada di bagian kedua.

Kondisinya jadi seperti ini. Notebook ini jadi cepat panas bahkan overheating. Saya menghentikan aktivitas mengetik bukan karena tangan saya sudah pegal, tapi badan notebook terasa sangat panas ketika digunakan. Bunyi kipasnya berat, dan karena overheating, jika telapak tangan didekatkan di lubang kipas, hawa yang dikeluarkan oleh kipas begitu panas.

Worst part? SUDDEN SHUTDOWN.

Iya, mati mendadak, berooooooooooooo, saking panasnya itu notebook.

Sudah baterai tidak terdeteksi lagi oleh motherboard, kini jadi lebih siaga karena sering sekali mati mendadak karena overheating. Bahkan sekedar membuka Microsoft Word, Microsoft Excel, Spotify dan AutoCAD 2018, panas dan mati mendadak. Keputusan saya untuk uninstall produk Adobe- selain karena tidak bekerja di bidang seperti itu lagi, saya juga tidak merasa keberatan mengakses Figma dan Canva secara online dan ketika sedang butuh saja- itu sudah saya lakukan lama sekali. Dari situ saya semakin yakin ada softwares yang menghabiskan banyak memori lebih banyak dari produk-produk Adobe ini.

Bahkan ketika saya memutar video dengan VLC Player, notebook saya panas dan yup, mati mendadak lagi.

Ketika saya melakukan tethering ke perangkat selular saya, it will turn off right away or 10-20 minutes later, it will. Bahkan setiap saya memulai ujian atau wawancara secara daring, saya lebih sering mendoakan notebook saya agar tidak mati di tengah proses ujian/wawancara ketimbang mendoakan supaya tidak gagal dalam ujian atau wawancara nanti.

Mungkin ada yang bertanya, "Lah ngapain kaga diberesin dari dulu-dulu? Tunggu rusak dulu komputernya??"

Atau, ada yang berpikir, "Yaudah sih mending ke praktisi komputer aja. Diskusi mana yang terbaik buat penanganan notebook yang kayak begitu...".

Bukan bos. Saya juga terpaksa bertahan hidup dengan kondisi demikian sampai dua-tiga tahun karena saya sudah malas instal-instalan. Berkas sudah makin banyak, HDD external sudah tidak cukup, cloud sudah tidak cukup. Ini memang murni keputusan saya, bukan malas memperbaikinya namun jujur karena sudah terlampau lelah dengan instal-instalan. 

Dana, ga terlalu jadi masalah.

Durasi? Nah ini yang malesin.

Durasi install OS dan semua tetek bengeknya itu butuh waktu loh.

Belum lagi mindah-mindahin data.

Belum 'nyetting-nyetting' yang lain.

Durasi orang lain mengerjakan akan sama saja dengan saya yang mengerjakannya. Cuma ya, drama instal-installan ini. Seems simple, but quite boring, fellas.

Itulah yang menyebabkan saya membeli notebook ketiga saya, brand Lenovo model ThinkPad secara secondhand. Kalau dia bermasalah, akan saya bagi juga kisah 'HOW TO FIX'-nya ke publik.

Ya itulah, mungkin notebook saya tidak layak bersanding dengan Windows 10 because she is too high class. Jadi, bagaimana akhir dari kisah notebook jadul yang kepalang sudah upgrade RAM ini?

Lanjut cerita di bagian keempat.

No comments:

Post a Comment

Could not Determine SDK root

  Seperti yang kita ketahui untuk membuat aplikasi Android, sangat direkomendasikan menggunkan Android Studio . Namun, ada beberapa kendala ...