Tuesday, December 6, 2022

Marine Automation and System Intergrator by PT BATERA ID


 

Beberapa waktu lalu, perusahaan mendapat tawaran bekerja sama dari perusahaan yang bekerja di bidang Autonomous Bathymetry dari PT Batera ID. Jadi diadakanlah pertemuan secara daring via Zoom sebagai media untuk memperkenalkan prototype ini kepada perusahaan.

Intinya yang ditawarkan adalah prototype dengan 2 mesin yaitu garmin black box dan garmin sonar. PT Batera ID ini sendiri bekerja di bidang penyedia teknologi otomasi (IoT) dan intergrasi sistem untuk kapal laut. 
Mesin sonar ini akan menggunakan metode multibeam karena memang area cakupannya lebih luas, lebih efisien secara waktu, dan result 3D yang jelas lebih baik dari single beam.
Kelebihan dari prototype mesin mereka ini adalah result dari mesin sonarnya bisa langsung terlihat di darat (petugas yang di kapal) secara real time karena mesin ini akan bersifat wireless. Ditambah lagi, mesin akan memiliki fitur berupa record yang bisa digunakan untuk analisis selanjutnya.
 
Hal yang ditawarkan lainnya dari PT Batera ID ini adalah beberapa fitur/komponen yang memberatkan memori aplikasi dibuang atau yang masih bisa ditambahkan, jelas akan ditambahkan sesuai kebutuhan perusahaan terhadap mesin sonar ini. Yang diharapkan misalnya, mesin sonar ini diharapkan mampu melakukan uji suntik lapisan tanah secara geometika dan geodesi juga. Atau, benda-benda didalam air yang terdeteksi (secara nama dan/atau jenis) dapat dibedakan berdasarkan warna yang lebih beragam.
 
Karena pada dasarnya pemetaan batimetri itu hanya 3 jenis :
1) manual;
2) USV (pakai remote, pemetaan lebih baik dari manual, tapi masih kurang rapi alurnya/kurang akurat), dan;
3) AV (ini menggunakan metode miniDV sehingga bisa berjalan sesuai koordinat yang diinput/diplot sebelumnya bisa dipantau melalui drone, jadi hasil pemetaan tinggal diinput ke aplikasi BIM)
Caranya : generate jalur, kemudian hasil scanning di-lock lalu diinput ke aplikasi.
 
  • Apabila bertemu obstacle seperti tanaman air, mesin akan diperlengkapi dengan gear, jadi bisa menghancurkan tanaman air tersebut (untuk sementara, targetnya hanya lumut atau rumput laut saja), jadi mesin tetap bisa mengikuti jalur dengan melewati tanaman air tersebut.
  • Apabila bertemu obstacle seperti batu besar, batu karang, dsb, nanti akan dibuatkan algoritma sendiri dengan 3 (tiga) kemungkinan antara lain : mesin akan menerobos obstacle, mesin akan melakukan re-route atau menghindari obstacle dengan bergerak miring kemudian kembali ke jalur awal.
Jadi, kerjanya tuh bakal begini....
Mesin garmin dan mesin sonar ini dipasang/ditempel di kapal (bagian mulut bawah kapal). Karena menggunakan dynamic positioning, jadi kapal bisa menyeimbangkan diri ketika menghadapi obstacle di sisi kanan, sisi kiri, sisi belakang dan sisi depan.
Kapal juga mampu mendeteksi kecepatan aliran air saat ini, itulah mengapa prototype ini diyakini mendapatkan result lebih lurus dan lebih akurat/sesuai dengan koordinat awal. 
Ketika menghadapi obstacle, kapal mampu bergerak menghindar sendiri dan untuk situasi seperti itu, sudah dapat dipastikan, bidang scanning mengalami sedikit perubahan dari koodinat awal. Hal ini bisa terjadi karena sudah disetting algoritma yang bisa melakukan pemetaan berupa rotate otomatis bila berupa obstacle.
Untuk mendapat signal yang lebih baik, garmin sonarnya akan dibuat portable sehingga posisinya bisa diubah-ubah.
Terkait akurasi, dari PT Batera ID hanya menyampaikan mengikuti akurasi alat batrimetri pada umumnya, karena alat ini baru berupa prototype yang baru mau dibuild oleh mereka.
Terkait durasi mesin, cukup dicharge selama 2 jam dengan menggunakan colokan seperti motor listrik untuk dapat dipakai kurang lebih selama 30 menit saja.
Kerapatan sensor berfungsi untuk kedalam 50 meter (di danau, jeti) dan 70 meter (di sungai), dengan transfer radio sejauh 10 km. Belum bisa untuk cover laut lepas karena cakupan areanya terlalu luas untuk dibaca mesin sonar.

Saran dari perusahaan :
karena kebutuhan perusahaan memiliki mesin sonar dengan kemampuan yang lebih baik dari metode manual tapi harganya tidak mahal- mungkin pertimbangannya metode UAV atau AV- jadi ketika ada aktivitas memeriksa laju sentimen pada bendungan yang diperhitungkan durasi (5x dalam 1 tahun), jadi diharapkan mesinnya bisa tahan lama, memang sesuai dengan koordinat inputan, tapi harganya juga affordable sesuai dengan harga yang bisa dipenuhi oleh perusahaan. Diharapkan juga alatnya sudah bisa dibawah laut (underwater), bukan sekedar dipasang di badan kapal ataupun dalam kondisi terapung.

Perusahaan terakhir pakai produk Ex*on, manual, dikerjakan selama 1-2 hari dengan result mendeteksi sebesar 2.7 m3.

No comments:

Post a Comment

Could not Determine SDK root

  Seperti yang kita ketahui untuk membuat aplikasi Android, sangat direkomendasikan menggunkan Android Studio . Namun, ada beberapa kendala ...